Minggu, Februari 20, 2011

MY PRINCESS IDOL


Senja telah menyingsing. Bulan dengan malu- malu menampakan wajahnya di balik  pepohonan. Aku masih sibuk sendiri dengan hal- hal yang gak penting. Mama terus memanggilku. Aku hanya menjawab dari balik pintu tanpa menampakan wajahku.
“Kamu ngapain aja sich….” Suara mama mengagetkanku….
“Agh mama…kalau aku jantungan gimana…??” Gerutuku.
“Tuh teman kamu datang…..”
“siapa Ma….????” Tanyaku.
“Mama lupa nanya namanya…..”
“Ach mama……”
“Yang pasti dia ganteng….Sana temui dia…” Lanjut mama.
            Ternyata Andre. Andre itu teman sekelasku. Andre tidak hanya tampan tapi juga jago basket. Tidak heran setiap di lapangan semua cewek menyoraki namanya. Sebagai kapten team basket, dia patut diacungi jempol. Aku sendiri sering minder kalau diajak jalan sama dia. Tapi entah kenapa dia tidak pernah gubris sama cewek lain selain aku. Bukan mau menyombongkan diri tapi itu kenyataannya. Tak jarang cewek- cewekdi sekolah sering memperlakukan aku dengan kasar. Tapi dia selalu membelaku.Mungkin dia menyadari kalau aku digituin karena dia juga.
“Andre….. Kamu tahu dari mana rumah aku…????”
“Gak penting.. Mank gw gak boleh maen ke rumah lo? Nyokap lo aja gak marah koq…”
“Tapi…..”
Belum jga aku melanjutkan kata- kataku, mama tiba-tiba datang memotong pembicaraanku.
“Kamu gimana sich Ndo’…masa teman mau maen aja dilarang..?”
“Tuch tante aja ngizinin gw kesini..”
“Puas…” Jawab ku ketus.
“Cup cup cup.. Jangan ngambek gitu dong…”
Sikap Andre yang seperti itu sering buat aku salah tingkah. Aku selalu nyaman berada dekat dia. Tapi aku bukan tipe cewek seperti apa yang dia inginkan bahkan jauh. Bisa jadi sahabatnya aja aku sudah gak menyangka apalagi kalau jadi ceweknya.
“Koq lo bengong..???”
“Ah……Aku ke dapur dulu..”
Sebenarnya aku gak dia lihat pipiku yang memerah gara-gara salting.
“Aduh koq bisa gini sich…? Tuhan jangan sampe dech…”
Aku gak berani keluar sampai dia pulang. Untuk pertama kalinya aku meninggalkan tamu sendiri dan mungkin akan seterusnya kalau tamunya dia. Aku sengaja beralasan tiba-tiba gak enak badan agar dia cepat pulang. Setidaknya untuk beberapa jam dia tidak akan melihat aku dengan keadaanku yang seperti ini.
*****
            Di sekolah aku sengaja meghindar. Biasanya aku selalui melintasi lapangan basket tapi kali ini tidak. Aku sengaja melewati perpustakaan dengan dalih mau mengembalikan buku pinjaman. Jika aku melalui lapangan basket mungkin aku akan tiba di kelas dua kali lebih cepat. Tapi gak papalah, itung-itung perjuangan agar gak ketemu dia untuk beberapa saat pikirku dalam hati. Dalam hati aku sudah senang tapi tiba-tiba sesuatu terjadi padaku hingga aku tak sadarkan diri. Ketika sadar aku sudah berada di UKS sekolah dan ditemani Rina sahabatku. Terakhir yang aku ingat, aku baru mau masuk kelas dan seterusnya gak lagi.
“Aku kenapa, Rin? Koq aku di UKS.” Tanyaku heran.
“Tadi kamu pingsan.”
“Koq bisa…?”
“Aku juga kurang tahu. Tadi yang bawa kamu kesini Andre. Nanti coba kamu Tanya dia soalnya aku Cuma disuruh Andre buat jagain kamu.”
Aku masih bingung dan sedikit pusing. Tapi aku tetap memutuskan buat masuk kelas karena hari ini kami ada ulangan matematika. Selama pelajaran berlangsung aku tidak berani melirik ke Andre. Aku malu banget sama dia. Bel pulang berbunyi, aku langsung buru -  buru pulang bersama Rina. Itu yang selalu aku lakukan beberapa hari ini untuk menghidari Andre. Setiap Andre mendekatiku, aku selalu beralasan tuk manghidar. Sampai suatu hari,mungkin Andre benar – benar jera dengan sikapku. Andre seperti menjauh. Mungkin itu juga kesalahanku. Sampai sekarang aku juga tidak tahu apa yang menyebabkan aku tiba-tiba pingsan beberapa waktu lalu. Hari terus berlalu begitu juga hubunganku dan Andre makin renggang.
                        Tepat suatu hari di kelasku kedatangan siswa baru pindahan dari Boston menggatikan tempatku di hati Andre. Semakin hari mereka semakin akrab dan aku seperti biasa mencari kesibukan sendiri untuk menutupi kegundahan hati. Ketika hendak ke kantin, aku tiba –tiba tak sadarkan diri lagi. Tapi kali ini lebih parah. Aku langsung dilarikan ke rumah sakit. Menurut mama, aku tidak sadarkan diri selama delapan jam dan itusangat membuatku syok. Berulang kali aku Tanya pada mama apa yang menyebabkan aku sering pingsan, mama selalu menjawab kalau aku hanya kelelahan. Jawaban yang sangat tidak memuaskan bagiku. Aku juga harus dirawat inap di rumah sakit untuk beberapa hari. Sudah tiga hari ini teman – temanku datang menjenguk termasuk Andre. Dia justru banyak menghabiskan waktunya untuk menjagaku. Aku sering merasa tidak enak sama Vicka.
“Kamu belum balek Ndre..?”
“Ntar lo ma siapa…?”
“Aku kan bisa sendiri……”
Kami sama- sama bisu. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir kami hanya suara detak jarum jam.
“ A..a.ku Cuma gak enak ma Vicka.” Bisikku memecahkan kesunyian.
“Kenapa harus gak enak ma dia…? Yang jagain lo kan gw bukan dia..” Jawab Andre agak sedikit marah.
“Tapi….”
“Udah istirahat gihh…lo kan belum terlalu sembuh bener.”
Aku hanya menurut dari pada nanti ribut lagi. Aku suka suasana seperti ini. Suasana dimana hanya ada kami berdua tanpa pengganggu. Rasanya nyaman banget. Jika waktu bisa berhanti, aku ingin selalu seperti ini. Saat aku terjaga, aku mendengar beberapa orang sedang berbicara. Aku kenal banget suara itu. Ya! suara mama. Betapa terkejutnya aku mendengar berita itu.. Ternyata aku mengidap Leukimia (kanker darah) stadium tiga. Aku bener- bener tidak menyangka semua ini bisa terjadi pada aku. Setahuku keluargaku tidak ada yang mengidap penyakit itu. Aku merasa waktu berjalan lebih cepat membuat waktuku lebih singkat untuk hidup. Aku terus menangisi nasibku.
“Kamu kenapa nangis Ndo?” Tanya mama heran.
“Kenapa mama harus merahasiakan semua dari aku…kenapa Ma?”
“Merahasiakan apa Ndo?” Tanya mama lagi.
“Merahasiakan kalau aku hampir mati Ma..”
“Siapa yang bilang Ndo..?”
“Aku denger semua pembicaraan mama sama dokter.”
Mama hanya diam melihat aku nangis. Aku gak menyangka mama bisa membohongi aku untuk masalah sebesar ini. Hari - hariku semakin suram. Aku mulai menutupi diri dari orang- orang di sekitarku. Di sekolah, aku lebih pemdiam sekarang dan sangat jarang keluar kelas. Melihat aku seperti itu Andre jadi bingung.
“Lo kenapa sich akhir - akhir ini aneh banget. Kayak bukan Linda yang gw kenal tw gak.”
Aku hanya diam tak bicara apapun. Andre jadi semakin bingung.
“Lin ngomong sesuatu dong. Jangan bikin gw panik gini dong..”
Dengan berat hati aku mengucapkan beberapa baris kalimat yang buat aku sendiri tidak menyangka.
“Ndre kayaknya kita tidak bisa berteman lagi. Please jangan Tanya kenapa karena aku sendiri tidak tahu bagaimana untuk menjelaskannya.”Aku langsung pergi meninggalkan dia.
“Lin…lo tahu gw suka ma lo. Itu alasan kenapa gw gak pernah dekat sama cewek mana pun selain lo.”
Aku senang mendengar kata-kata itu tapi aku tidak igin dia semakin terluka saat dia tahu penyakitku.
“Lin…..Linda………..”Andre terus menereakkan namaku.
Aku sedih kenapa aku harus tahu kalau Andre cinta sama aku disaat keadaanku sudah tak  memungkinkan lagi. Aku benci keadaanku sekarang. Aku tidak bisa tidur gara - gara memikirkan kejadian tadi hingga kondisiku drop lagi. Kali ini aku harus lebih lama lagi di rumah sakit.
“Lin,, lo kenapa sich gak bilang kalau lo sakit?”
“Aku gak mau semua orang kasihan sama aku hanya gara - gara aku sakit.”
“Mank lo sakit  apa hingga semua orang akan kasihan?”
“Kamu gak perlu tahu.”
“Tapi gw chayank ma lo..Gw cinta.”
“Kamu gak akan cinta lagi setelah kamu tahu penyakit aku.”
“Lo kira gw akan tinggalin lo kalau lo sakit gak mungkin..Gw akan selalu ada di samping lo bahkan gw rela ngasih semuanya buat lo termasuk nyawa gw  sekalipun asal lo sembuh.”
“Cukup Ndre.Aku udah gak mau dengar lagi. Lebih baik kamu pulang.Keluar……Tinggalin aku sendiri..please Ndre.”
Dadaku terasa sesak ingin rasanya aku menangis namun aku tetap menahannya. Aku tak ingin Andre mengetahui penyakit dan persaanku yang sesungguhnya karena aku takut itu akan membuat dia semakin terluka jika suatu saat aku harus meninggalkan dia. Aku tidak betah bila harus di atas tempat tidur terus hingga aku putuskan untuk turun dari tempat tidur tanpa sepengetahuan dokter. Akibatnya kepalaku pusing dan akhirnya tak sadarkan diri lagi. Aku di rawat di ruang ICU selama tiga hari karena kondisiku yang makin melemah dan Andre pun akhirnya tahu penyakit yang ku derita. Sejak ia tahu tentang penyakitku, dia jadi lebih perhatian bahkan dia habiskan waktunya hanya untuk maenjagaku di rumah sakit. Aku sedih karena hidupku sekarang bergantung pada orang lain dan obat-obatan. Suatu malam aku bicara sama mama tentang keinginanku selama ini dan aku ingin pulang ke rumah. Aku rindu kamarku beserta isinya. Aku diperbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat aku tidak boleh kecapean dan stress. Aku sedikit lega, setidaknya aku bisa merasakan udara luar. Aku rindu semua yang pernah ku lakukan bersama keluargaku dan semua teman-teman. Jika Tuhan mau ambil nyawaku, aku siap. Tapi, aku tidak siap bertemu Andre apalagi setelah dia tahu penyakitku. Selama hidup semuanya telah aku dapatkan. Aku bisa pergi dengan tenang.
Pagi ini awan mendung  menyelimuti keluarga besarku. Anak perempuan semata wayang dari keluargaku telah pergi untuk selamanya. Semua sahabatku nampak sedih terutama Andre.
“Lin, gw gak nyangka lo bakal ninggalin gw secepat ini.”
“Nak Andre, ini ada titipan dari Linda sebelum meningal.” Mama menyerahkan sepucuk surat yang aku tulis sebelum aku menghembuskan nafas terakhir. Andre pu membuka dan membacanya.

Dear Andre,
Saat kamubaca surat ini, mungkin aku udah gak sama - sama kamu lagi. Terima kasih buat semua waktu yang udah kamu luangkan bersamaku selama hidupku. Aku bahagia bisa memiliki sahabat seperti kamu. Jujur saat bersama kamu,, aku nyaman banget bahkan aku ngerasa hidupku damai. Membenci kamu bukanlah hal yang aku inginkan karena jauh dalam lubuk hatiku, aku sangat mencintai kamu. Bagiku, kamu adalah anugerah terindah yang udah Tuhan kasih buat aku walaupun pada akhirnya kita tak bisa bersama. Aku senang sebelum ajal menjemput, aku tahu bahwa cintaku tak bertepuk sebelah tangan. 
Ndre aku mohon jangan pernah membenci aku karena melihatmu marah aku sudah tak sanggup. Maaf  baru sekarang kamu tahu perasaanku. Aku hanya ingin satu dari kamu. Lanjutkan hidupmu dan jadilah kebanggaan sekolah kita dengan bawa pulang piala itu untukku. Mungkin hanya ini yang bisa aku berikan untukmu.
Salam sayangku selalu
Sahabatmu (Linda)
“Gw janji ma lo.. Gw akan bawa piala itu untuk lo sebagai bukti kalau gw cinta ma lo. Hanya buat lo.” Janji Andre di depan makamku.
Sejak aku meninggal Andre lebih giat latihan bahkan dia terlihat lebih ramah sama cewek. Bagi Andre hidupnya sekarang hanya untuk orang lain karena besarnya rasa cintanya pada seorang Linda Pramudia.

By: Rosse Jrs

Diese Kurzgeschichte schrieb ich für einen besonderen Menschen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar