Senin, Februari 21, 2011

ANTARA,, AKU KAU & DIA


Hari ini tak seperti hari biasanya. Pikiranku kacau balau gak karuan. Mama menyuruhku membersihkan rumah yang jelas – jelas merupakan pekerjaan yang paling gak aku suka. Tapi mau gimana lagi aku adalah anak gadis. Terpaksa dech mau gak mau.Masih dalam keadaan cembetut aku membersihkan halaman rumah. Dari kejauhan ada sesosok makhluk termanis yang belum pernah aku lihat sebelumnya sedang menunggangi Jupiter MX berjalan menuju ke arahku. Di hadapanku dia menghentikan motornya.
“ Permisi.Tahu rumahnya Ridho?”Tanyanya.
“ Itu.”Sambil menunjuk ke sebuah rumah yang bercat biru langit.
“ Thanks.”
Ridho adalah sepupuku. Dia orangnya sangat baik tapi kadang ngeselin. Tapi biarpun begitu aku sangat sayang sama sepupuku yang satu ini. Maklum aku gak punya saudara lain alias anak semata wayang. Selesai membersihkan halaman rumah aku ke rumah Ridho.
“ Bang Ridho…..” Teriakku dari halaman.
“ Elo Cha. Masuk gi…Lo belum mandi yach…Bau banget sich.” Tanya Ridho sedikit meledek.
“ Ehhhh abang….”
“ Cup cup cup..Jangan cembetut gitu dong.”Sambil membelai rambutku.
“ Bang…?”
“ Kenapa..”
“ Pinjam DVD yang kemarin dong.”
“ Tuch di kamar. Ambil aja.”
“ Makasih abangku sayang. Muach….”
Aku selalu mengambil sendiri barang yang aku mau di kamarnya. Tapi tanpa aku sadari di kamar Ridho ada seorang cowok yang sedang tidur di tempat tidur.Biasanya, setiap masuk kamarnya Ridho, aku selalu melompat – lompat di atas tempat tidurnya. Rasanya gak afdhol aja kalau gak lompat tempat tidurnya. Tapi kali ini malang menyertaiku.Aku malah menerjang orang yang sedang tidur di atas tempat tidurnya Ridho.
“ Awwww….”Teriak orang itu sambil meringis kesakitan.
“ Sorry…sorry….aku gak sengaja…”
“ Lo kan yang tadi.”
“ Sekali lagi sorry yach…”
Aku langung keluar dari kamarnya Ridho tanpa mengambil DVD yang sudah aku pinjam tadi.
“ Bang..kenapa gak bilang kalau ada orang di kamar abang?”Tanyaku.
“ Mank kenapa?”
“ Tadi aku menindas dia.”
“ Koq bisa?” Tanya Ridho heran.
“ Kan biasanya kalau masuk kamar  abang, aku selalu lompat dulu di atas tempat tidur.”
“ Astaga…Rino..Jadi lo lompat – lompat di atas badan teman gw dong..?”
“ I..iya bang.”
“ Chaca….Chaca…huftt. Gimana keadaannya dia sekarang..?”
Belum juga aku menjawab orangnya tiba – tiba nongol. Aku semakin malu di depan dia. Awal perkenalan yang tidak mengenakan. Bisa di bilang sangat  buruk. Tapi tak apalah aku bisa semakin akrab denagnnya. Dari dia aku mendapat banyak pengalaman.Yang tadinya aku gak tahu main alat musik apapun selain piano sekarang aku bisa tahu main drum, gitar dan bass.
***
Walaupun dia sudah punya kekasih tapi entah mengapa aku  selalu nyaman berada di sampingnya. Aku kira hanya aku saja yang merasakan perasaan itu, ternyata aku salah. Suatu sore dia mengajakku ketemuan dan aku mengiyakannya. Kami bertemu di Rais Caffe tempat yang sudah di tentukan.
“ Sorry lama nunggu.”
“ Its ok…Gak papa. Duduk.” Rino mempersilahkan aku untuk duduk.
 Aku duduk di sofa yang sudah disediakan. Cafe itu sangat keren terutama cara penataan ruangannya. Di cafĂ© itu juga kita dapat membaca buku - buku dan banyak lagi. Kami duduk di tempat paling pojok dengan cahaya lampu yang remang – remang. Rino memesan segelas lemon tea dan secangkir susu coklat anget serta kentang goring. Tak lama kemudian makanan yang kami pesan pun datang. Saling bercanda dan memuji kelebihan masing – masing. Rino merapatkan duduknya kemudian dia menyandarkan kepalaku di dadanya sambil memengang kedua tanganku.Sayangnya aku hanya menurut seperti orang terhipnotis.
“ Cha,,lo mau gak jadi cewek gw..???????? Gw tahu lo gak pantas jadi yang kedua. Gw hanya ingin jujur ma perasaan gw aja. Gw mank dah punya cewek tapi gw juga suka ma lo. Mungkin lo bakal  nganggep gw cowok playboy atau apalah gw gak peduli. Tapi yang jelas gw Cuma pingin lo tahu perasaan gw yang sebenarnya.”
“ Aku juga Chayank ma kamu. Aku gak peduli mau jadi orang keberapa pun dalam hidup kamu asalkan aku bisa sama kamu itu udah cukup buat aku."
“ Thanks yach Cha… Lo dah mau terima gw jadi cowok lo. Thanks juga lo dah mau ngertiin gw.” Ucap Rino sambil membelai rambutku.
Walaupun hanya jadi orang kedua dalam hidupnya, aku senang. Bukannya munafik atau gimana tapi yang jelas aku tidak bisa menolak pesona cowok yang satu ini. Cowok lain aku bisa menolaknya tapi dia…aku sama sekali tidak bisa.
                Dua bulan sudah kami menjalin hubungan seperti ini tanpa sepengetahuan orang lain termasuk Ridho. Ingin sekali rasanya menceritakan semuanya pada Ridho tapi aku takut Ridho tidak mengizinkan aku menjalin hubungan dengan Rino lantaran Rino sudah punya  kekasih. Nekad aku menceritakan semuanya. Awalnya aku mengira ia akan marah. Ternyata jauh dari dugaanku. Ridho mendukung keputusanku dan ia hanya menasehatiku agar bisa memiih mana yang terbaik untukku. Hari – hari terus berjalan. Aku mulai merasa iri terhadap Marsya tapi aku bisa apa. Aku hanya yang kedua diantara hubungannya dengan Rino. Saat bandnya Rino tampil, Aku ingin sekali memeluknya usai tampil tapi apa daya ada Marsya yang selalu setia menemaninya baik saat senang maupun duka. Aku jadi semakin iri tapi Ridho selalu menguatkanku.
“ Jangan pernah iri atas kedekatan mereka. Ini jalan yang sudah lo ambil. Lo juga harus menerima konsekuensinya.”
“ Iya sich, Bang. Tapi aku Cuma iri ma Marsya. Dia selalu mendapatkan kaih sayang yang seutuh dari Rino. Aku jadi merasa bersalah.”
“ Kalau lo merasa bersalah, kenapa lo masih mau menjadi penghalang hubungan mereka?” Tanya Ridho.
Aku tidak menjawab. Dalam benakku, aku ingin menakhiri hubungan ini sebelum semuanya terlambat. Suatu hari tepatnya hari dimana kami jadian, aku meminta Rino menemui aku di tempat dimana kami jadian. Rino heran melihat raut wajahku tak seperti biasanya.
“ Lo kenapa,Beib?” Tanya Rino heran. Aku tidak menjawabnya.
“ Lo kenapa sich, Beib?????? Kalau lo ada masalah cerita dong??? Gw jadi bingung nich kalau lo diam aja.”
“ Aku mau kita…..kita putus.”
“ What???? Putus????? Lo gak becandakan, Beib???”
“ Aku gak becanda. Aku serius.”
“ Tapi kenapa?”
“ Aku gak ingin nyakitin hati Marsya. Dia terlalu baik tuk disakitin.Aku sadar manjadi orang ketiga dalam hubungan orang sangat tidak mengenakan.”
“ Tapikan kita udah sepakat?”
“ Memang. Itu terjadi sebelum aku tahu kalau betapa baiknya seorang Masya bahkan belum tentu aku bisa seperti dia. Mulai sekarang lepasin aku. Anggap aja kita gak pernah ketemu. Please,,,aku mohon demi kebaikan kita brsama.”
“ Tapi gw chayank ma lo. Gw cinta….”
Aku pergi begitu saja meninggalkan Rino sendiri yang masih mematung. Berat rasanya melalukan hal ini, tapi demi kebaikan semua pihak aku rela.
***
Sejak hari itu, aku belum pernah bertemu Rino lagi. Apalagi ayahku di pindah tugaskan ke Bali. Otomatis semua keluarga harus ikut termasuk aku. Terakhir aku dengar kabar kalau dia dan Masya udah putus. Marsya ketahuan selingkuh dengan sahabat karibnya. Yang pasti orang itu bukan Ridho. Kasihan juga dengar kabar itu. Tapi itu bukan urusanku lagi. Sekarang aku udah punya pacar yang super baik, perhatian,dan lumayan cakep walaupun tak secakp Rino. Yang pasti dia selalu ada saat aku butuh dan dia sangat menghormati aku dan kedua orang tuaku. Awalnya, aku hanya menjadikan dia pelarian tapi akhir – akhir ini aku mulai chayank sama dia. Aku tak ingin kehilangan dia. Mungkin itu yang namanya cinta yang timbul dari kebersamaan. Sudah hampir setahun kami pacaran. Selama itu hampir tidak pernah terjadi masalah dalam hubungan kami. Sampai suatu hari, aku bertemu lagi dengan Rino. Hubunganku samaWilly mulai renggang. Itu semua bukan sepenuhnya salah dia. Aku yang tidak bisa mengontrol emosi. Sejak bertemu lagi dengan Rino, aku sering tidak on time bahkan aku sering membatalkan janji sesuka hatiku. Awalnya alasanku bisa diterima tapi lama- lama Willy mulai curiga juga. Mama juga mulai bingung dengan sikapku.
“ Cha, kemana kamu kemarin aku nungguin.” Tanya  Willy halus.
“ Aku lagi ngerjain tugas terus kecapaian jadi ketiduran dech.” Jawabku dengan ketus.
Sebenarnya aku jalan sama Rino. Katanya, dia ingin melihat pemandangan kota Bali dan dia meminta aku menemaninya. Sedih sich harus membohongi  orang sebaik Willy tapi aku juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Kapan lagi aku bisa sedekat ini sama Rino di kota yang seindah ini pula.
“ Kamu kenapa sich akhir –akhir ini jadi beda. Biasanya kalau kamu punya tugas atau masalah kamu sering cerita ma aku.”
“ Gak semuanya harus di certain kan???? Lo belum jadi suami gw… So,, jangan sok jadi yang paling penting dech.”
“ Kamu koq sekarang jadi berubah banget. Gak seperti Chaca yang aku kenal selama ini. Aku sadar aku bukan suami kamu tapi semua yang aku lakukan karena aku care ma kamu. Tapi maaf kalau aku terlalu over protektif. Sekarang lebih baik aku antar kamu pulang.”
“ Gak usah aku bisa pulang sendiri.”
Willy hanya menggeleng kepala melihat kepergianku.
Ya Allah tabahkan hati hambamu ini.”Ucap Willy dalam hati.
Hari kian berlalu. Aku tidak berusaha memperbaiki kesalahanku. Yang ada tiap ketemu kami sering rebut. Willy selalu mengalah buat aku dan demi hubungan kami. Aku malah asyikan jalan sama orang lain.Suatu hari aku sedang jalan ma Rino. Kami ke pantai kuta. Rino hampir menciumku dan tanpa sadar Willy melihatku. Aku melihat sekilas bayangan Willy.Aku berlari mengejarnya dan Rino pun berlari mengejarku.
“ Willy,,,,, tunggu.” Teriakku. Willy terus jalan tanpa menghiraukan aku. Aku menarik tangannya.
“ Will,,,,,,, gak usah kayak anak kecil kenapa sich…?????”
Willy berbalik ke arahku dengan wajah yang sangat marah bahkan belum pernah aku lihat sebelumnya.
“ Aku kayak anak kecil…????? Terus kamu apa?????????? Aku chayank banget sama kamu tapi apa???????? kamu khianatin aku..”
“ Itu gak seperti yang kamu lihat….”
“ Gak seperti yang aku lihat gimana?????? Jelas – jelas kamu mau di cium cowok lain. Apa aku harus diam aja????? ”
“ Jadi kamu juga mau di cium..????????? Ayo…”
“ Bukan itu yang aku mau… Aku Cuma ingin kamu jujur. Satu hal yang harus kamu tahu. Aku chayank sama kamu tulus… Gak butuh kamu cium atau apalah,,, itu karena aku sangat menghargai kamu. Aku hanya ingin kita saling terbuka Cuma itu…”
Kami sama- sama diam. Tapi entah kenapa kata – katanya membuat aku sadar betapa bodohnya aku selama ini. Aku hanya bisa meneteskan air mata. Dalam keheningan Willy mengucapkan beberapa patah kalimat yang membuat aku bener – bener merasa kehilangan bagai ayam yang kehilangan induknya.

“ Kayaknya,, sekarang lebih baik kita jalan sendiri- sendiri dulu. Aku gak ingin menjadi orang yang merusak hubungan kamu dan cowok tadi. Aku tahu sebelum aku, dia pernah lebih dahulu memiliki hatimu. Aku juga bukan pria sempurna yang bisa selalu kau sanjung depan teman – teman kamu. Sekarang aku ikhlas melepaskanmu dengan orang lain. Aku minta maaf kalau selama dengan aku kamu selalu merasa tidak nyaman. Tapi itulah aku dengan semua keterbatasanku. Sekali lagi aku mohon maaf.  Sekarang aku pergi.”
                Willy telah pergi meninggalkanku mungkin tuk selamanya. Aku akui itu semua memang kebodohanku. Aku telah khilaf. Aku telah menyakiti  orang  yang paling baik dan paling mengerti aku pergi meninggalkanku. Sedih banget rasanya. Aku belum pernah sesedih ini. Rasanya hidupku gak ada gunanya tanpa Willy. Kenapa penyasalan harus datang belakangan??????? Tuhan apakah aku tidak pntas bahagia????? Hari – hariku terasa sangat membosankan tapi aku telah bertekad. Aku akan menyelesaikan pendidikanku dan jika tuhan mengizinkan aku bertemu lagi dengannya, aku pasti bertemu. Benar saja setelah hampir lima tahun,, kami bertemu lagi. Ternyata orang tuaku telah merencanakan pertemuan kami. Tepat di acara wisudaku,, Willy datang dan dia terlihat sangat beda dari pertama kali kami bertemu. Dia sekarang lebih terlihat berwibawa dan pakaiannya seperti seorang direktur.
“ Hy Cha… Selamat yach..  Akhirnya kamu lulus juga.”Ucapnya sambil menjabat tanganku.
“ Thanks yach..”
Aku tak bicara apa- apa lagi. Kami hanya diam tapi aku masih merasakan tatapan matanya sama seperti dulu saat aku masih menjadi kekasihnya.
“ Kamu sekarang terlihat beda.” Ucapku memecahkan kesunyian.
“ Beda gimana?????”
“ Iya beda. Cara bicara kamu, cara berpakaian kamu, semuanya..”
“ Oh itu,, Kamu ingat waktu terakhir kita ketemu????”
Aku hanya mengangguk. Aku tidak akan pernah lupa hari itu karena dihari  itu Willy memutuskan untuk meninggalkan aku.
“ Sebenarnya hari itu aku ingin kasih tahu kamu kalau aku dapat beasiswa s-2 ke Prancis  selama 2tahun.”
“ Tapi kenapa setelah lima tahun kamu baru balik?”
“ Setelah lulus,, aku dikontrak sama perusahaan yang memberi aku beasiswa untuk menjadi salah satu manager di salah satu perusahaannya dan dia mengadopsiku menjadi putranya karena bapak itu tidak menpunyai keturunan.”
“ Terus kenapa kamu balik ke sini?” Tanyaku penasaran.
“ Orang tua angkatku ingin aku mengelolah salah satu perusahannya di Indonesia.”
“ Hanya itu???” Tanyaku lagi. Berharap dia mengatakan sesuatu.
“ Maksudnya????”
“ Eh,,,,gak papa..”
Aku malu banget saat itu sekaligus kecewa. Padahal aku sangat berharap kalau dia mengatakan sesuatu yang aku harapkan tapi…….
“ Kamu tahu kenapa aku mau balik ke Indonesia???”Aku menggeleng.
“ Aku ingin bertemu seseorang  yang telah membuat aku seperti ini.Orang yang telah menyadarkan aku kalau hidup yang sebenarnya tidak selalu lurus pasti ada lika-likunya.”
Hatiku semakin hancur mendengar kata- kata itu karena dalam bayanganku orang itu tidak mungkin aku. Rasanya lebih baik aku benar – benar berhenti berharap untuk dapat merebut hatinya lagi. Tiba- tiba Willy berlutut di hadapanku dan membuka kotak berisi sebuah cincin.
“ Cha,,,, jadilah mendampingku dalam suka maupun duka,”
Aku tidak dapat berkata apa – apa lagi. Aku terharu banget mendengar perkataannya. Tanpa sadar air mataku menetes dengan sendirinya. Aku langsung  memeluknya. Betapa bahagianya hatiku saat itu. Itulah  awal yang baru dalam hidupku sekaligus kado terindah dalam perjalanan hidupku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar