Sabtu, Februari 26, 2011

DUA HATI MENYATU


Randy menghantikan kegiatan menulisnya, saat ia mendengar alunan nan merdu dari sebuah piano. Ditajamkan pendengarannya untuk mencari tahu sumber suara yang telah mengusik hatinya berasal. Randy keluar dari kamarnya. Kosentrasinya yntuk menulis lagu pecah sudah oleh suara piano itu. Rasa ingin tahu siapa yang memainkan piano itu semakin menghantui pikirannya. Lama – kelamaan Randy tertawa sendiri dalam hatinya. Randy keluar dari kamarnya menuju meja makan.
“ Ma, dengar gak ada yang maen piano?” Tanya Randy saat mamanya menyiapkan makan malam.
“ Oh itu Vina anaknya tante Ratna yang bungsu.” Jawab mama singkat. Randy terseak.
“ Hati – hati kalau minum.” Tegur mama.
“ Tante Ratna punya anak cewek, Ma? Bukannya anak tante Ratna cuma satu yach, Ma? Kalau gak salah hanya mas Syamsul doing?” Tanya Randy gak percaya. Mama mengangguk.
“ Dari kecil Vina tinggal dengan tantenya di Jakarta.” Jelas mama.
“ Cantik gak, Ma?”
“ Siapa?”
“ Yach, anaknya tante Ratna itu loch, Ma.” Mama tersnyum mendenar pertanyaan Randy.
“ Kamu kalau punya pacar kenalkan dong ke mama dan papa. Jangan Cuma berani di belakang doing.”
Randy menggaruk – garukkepalanya yang tidak gatal. Memang sich sampai saat ini dia belum punya teman cewek yang special alias pacar karena keasyikan main band. Bukan hanya itu, Randy juga termasuk cowok yang pemalu. Jika ada cewek yang mau berteman dengannya, dia selalu menghindar. Randy sedang asyik bermain gitar, saat dilihatnya dari tirai jendela kamarnya ada seorang gadis sedang menyiram bunga di halaman seberang rumahnya.
Vinakah itu?” Tanyanya dalam hati.
Cantik. Hanya saja agak sedikit murung. Mungkin dia sedang ada problem.”
Langkah Randy terhenti tepat di depan rumah tante Ratna. Randy dengan nekat menyapa.
“ Hai, kamu Vina kan anaknya tante Ratna yang dari Jakarta? Harusnya sebagai warga baru, perkenalin diri dong ke tetangga.” Goda Randy. Gadis itu tak memberikan respon apapun. Hal tersebut membuat Randy semakin penasaran dengan gadis itu.
“ Dapatkah engaku memberikan beberapa menit dari waktumu yang berharga untukku, Nona?” Akhirnya gadis itu menoleh.
“ Tanpa aku memperkenalkan diri pun engkau sudah tahu siapa aku.” Tegas Vina membuat Randy terpana.
“ Permainan pianomu oke banget. Beberapa hari ini aku sering mendengarnya.”
Wajah Vina memerah. Tanpa sepatah kata pun, Vina meninggalkan Randy dan masuk ke rumahnya. Randy jadi bengong sendiri di depan rumah tante Ratna.
“ Ma, kenapa sich dia kabur waktu aku puji?” Tanya Randy pada mama.
“ Siapa?”
“ Ituloch, anak gadisnya tante Ratna tetangga kita.” Jawab Randy.
“ Mungkin dia ingat sama pacarnya.” Timpal mama membuat Randy bingung.
“ Dia sudah punya pacar yach, Ma?” Mamamengangguk.
“ Yang mama tahu cowoknya itu seorang pianist terkenal di ibu kota bahkan internasional. Kata tante Ratna, cowoknya meninggal enam bulan yang lalu tepat di malam pertunangan mereka.”
“ Terus, Ma…” Tanya Randy penasaran.
“ Lalu Vina memutuskan kembali ke kota ini. Mungkin dengan kembalinya ke sini bisa membuat dia sedikit lupa akan kesedihannya.”

∞∞∞∞∞
                   Randy terjaga dari tidurnya saat mendengar alunan piano itu. Kedengarannya sangat menyayat hati. Tiba – tiba ada rasa tertarik pada sosok Vina. Rasa ingin luka dan kesedihan hati sang gadis.
“ Apa ini yang namanya jatuh cinta?”  Tanya Randy dalam hati.
“ Kenapa hatiku begitu perih saat melihat dia sedih dan kenapa juga aku ingin banget menyembuhkan luka hatinya.”
Muncul berbagai pertanyaan dalam benaknya hingga ia tak dapat tidur dengan nyenyak. Siang ini teman – teman akan datang untuk latihan band. Randy sedang menyetel gitarnya. Tiba – tiba Vina datang menghampirinya sembari tersenyum membuat jantungnya berdegup semakin kencang.
“ Boleh aku masuk?” Tanya Vina dengan lembut membuat Randy semakin salah tingkah.
“ Si,, silahkan. Gak ada yang larang koq.” Jawab Randy gugup.
Mereka terdiam beberapa lama.
“ Ehmmm,,,, ada yang lagi PDKT nich.” Goda Randy yang tiba – tiba muncul membuat Randy yang sedari tadi terus memandangi Vina jadi semakin salah tingkah.
“ Eh,, elo sembarangan aja dech kalau ngomong.”
“ Och yach kenalin, Bro. Ini Vina anaknya tante Ratna tetangga gw yang rumahnya di seberang jalan sana.” Jelas Randy.
“  Och ini yang namanya Vina yang sering banget diceritain Randy. Ternyata aslinya cantik banget yach.”
“ Ech,,, apa - apaan sich lo…” Gerutu Randy.
“ Jangan dengerin dia Vin. Biasa  ABL (Anak aBg Lebay).”
“ Och yach,,, gw Rivan sahabatnya Randy dari SD.”
“ Aku Vina.  Kalian mau latihan yach?”
“ Koq tahu sich? Paranormal yach?” Goda Rivan sehingga pipi Vina semakin memerah kayak kepitig rebus.
“ Bukan… Aku bukan paranormal koq.”

∞∞∞∞∞
        Semakin hari, Randy dan Vina semakin akrab. Mereka selalu bersama – sama kemana pun mereka pergi. Dimana ada Vina disitu pasti ada Randy. Begitu pun sebaliknya. Saat mereka sedang duduk – duduk di tepi pantai memandangi sunset, tiba – tiba menggenggam tangan Randy.
“ Besok aku balik ke Jakarta.” Ucap Vina lirih.
Randy terperanjat. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu. Bukankah dia ke Bangka untuk melupakan kenangan yang menyedihkan dalam hidupnya? Kenapa dia berniat kembali ke kota yang penuh kenangan pahit itu?
“ Thank’s banget yach, Ran.”
“ Untuk apa?”
“ Untuk semuanya. Sejak kenal kamu, aku mampu mengubah pola pikirku. Tak seharusnya aku terus larut dalam kasedihanku. Sementaa di luar sana masih banyak orang yang sangat sayang sama aku. Bukankah hidup itu harus dijalani?”
“ Vin, boleh aku ngomong sesuatu?” Tanya Randy mengambang.
Vina mengangguk.
“ Aku telah jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali aku melihat kamu. Mungkin menurut kamu ini ganjal apalagi kita belum begitu lama kenal. Tapi itu yang selama ini aku rasakan. Aku lega udah mengatakan ini. Kamu gak perlu…”
Randy belum selesai bicara tapi Vina sudah memeluknya.
“ Aku ingin semuanya mengalir seperti air. Seperti halnya perasaan kita. Aku juga sayang sama kamu.” Kata – kata itu keluar begitu saja dari bibir Vina.
“ Tiap liburan smester aku akan kesini untuk mengunjungimu dan aku harap suatu saat kamu akan ke Jakarta untuk mengunjungiku disana.”Senyumnya mengambang membuat dia terihat semakin cantik. Mereka saling berpelukkan.

-THE  END-

CREATED BY: ROSSE JRS

Jumat, Februari 25, 2011

DIA,,,,YANG KU PUJA


Saat aku menatapnya
Seakan ada getaran yang tak terduga
Dia tampak begitu rupawan
Wajahnya, senyumnya, segala yang ada pada dirinya
Membuatku tak dapat hilangkannya dari memoryku

            Dia,,, dia,,, selalu dia yang hadir dalam tidurku
            Seakan hanya ada dia
            Dia yang menemaniku
            Dia yang membuat hariku indah
            Dia yang selalu ku puja


-Rosse Jrs-

Senin, Februari 21, 2011

ANTARA,, AKU KAU & DIA


Hari ini tak seperti hari biasanya. Pikiranku kacau balau gak karuan. Mama menyuruhku membersihkan rumah yang jelas – jelas merupakan pekerjaan yang paling gak aku suka. Tapi mau gimana lagi aku adalah anak gadis. Terpaksa dech mau gak mau.Masih dalam keadaan cembetut aku membersihkan halaman rumah. Dari kejauhan ada sesosok makhluk termanis yang belum pernah aku lihat sebelumnya sedang menunggangi Jupiter MX berjalan menuju ke arahku. Di hadapanku dia menghentikan motornya.
“ Permisi.Tahu rumahnya Ridho?”Tanyanya.
“ Itu.”Sambil menunjuk ke sebuah rumah yang bercat biru langit.
“ Thanks.”
Ridho adalah sepupuku. Dia orangnya sangat baik tapi kadang ngeselin. Tapi biarpun begitu aku sangat sayang sama sepupuku yang satu ini. Maklum aku gak punya saudara lain alias anak semata wayang. Selesai membersihkan halaman rumah aku ke rumah Ridho.
“ Bang Ridho…..” Teriakku dari halaman.
“ Elo Cha. Masuk gi…Lo belum mandi yach…Bau banget sich.” Tanya Ridho sedikit meledek.
“ Ehhhh abang….”
“ Cup cup cup..Jangan cembetut gitu dong.”Sambil membelai rambutku.
“ Bang…?”
“ Kenapa..”
“ Pinjam DVD yang kemarin dong.”
“ Tuch di kamar. Ambil aja.”
“ Makasih abangku sayang. Muach….”
Aku selalu mengambil sendiri barang yang aku mau di kamarnya. Tapi tanpa aku sadari di kamar Ridho ada seorang cowok yang sedang tidur di tempat tidur.Biasanya, setiap masuk kamarnya Ridho, aku selalu melompat – lompat di atas tempat tidurnya. Rasanya gak afdhol aja kalau gak lompat tempat tidurnya. Tapi kali ini malang menyertaiku.Aku malah menerjang orang yang sedang tidur di atas tempat tidurnya Ridho.
“ Awwww….”Teriak orang itu sambil meringis kesakitan.
“ Sorry…sorry….aku gak sengaja…”
“ Lo kan yang tadi.”
“ Sekali lagi sorry yach…”
Aku langung keluar dari kamarnya Ridho tanpa mengambil DVD yang sudah aku pinjam tadi.
“ Bang..kenapa gak bilang kalau ada orang di kamar abang?”Tanyaku.
“ Mank kenapa?”
“ Tadi aku menindas dia.”
“ Koq bisa?” Tanya Ridho heran.
“ Kan biasanya kalau masuk kamar  abang, aku selalu lompat dulu di atas tempat tidur.”
“ Astaga…Rino..Jadi lo lompat – lompat di atas badan teman gw dong..?”
“ I..iya bang.”
“ Chaca….Chaca…huftt. Gimana keadaannya dia sekarang..?”
Belum juga aku menjawab orangnya tiba – tiba nongol. Aku semakin malu di depan dia. Awal perkenalan yang tidak mengenakan. Bisa di bilang sangat  buruk. Tapi tak apalah aku bisa semakin akrab denagnnya. Dari dia aku mendapat banyak pengalaman.Yang tadinya aku gak tahu main alat musik apapun selain piano sekarang aku bisa tahu main drum, gitar dan bass.
***
Walaupun dia sudah punya kekasih tapi entah mengapa aku  selalu nyaman berada di sampingnya. Aku kira hanya aku saja yang merasakan perasaan itu, ternyata aku salah. Suatu sore dia mengajakku ketemuan dan aku mengiyakannya. Kami bertemu di Rais Caffe tempat yang sudah di tentukan.
“ Sorry lama nunggu.”
“ Its ok…Gak papa. Duduk.” Rino mempersilahkan aku untuk duduk.
 Aku duduk di sofa yang sudah disediakan. Cafe itu sangat keren terutama cara penataan ruangannya. Di café itu juga kita dapat membaca buku - buku dan banyak lagi. Kami duduk di tempat paling pojok dengan cahaya lampu yang remang – remang. Rino memesan segelas lemon tea dan secangkir susu coklat anget serta kentang goring. Tak lama kemudian makanan yang kami pesan pun datang. Saling bercanda dan memuji kelebihan masing – masing. Rino merapatkan duduknya kemudian dia menyandarkan kepalaku di dadanya sambil memengang kedua tanganku.Sayangnya aku hanya menurut seperti orang terhipnotis.
“ Cha,,lo mau gak jadi cewek gw..???????? Gw tahu lo gak pantas jadi yang kedua. Gw hanya ingin jujur ma perasaan gw aja. Gw mank dah punya cewek tapi gw juga suka ma lo. Mungkin lo bakal  nganggep gw cowok playboy atau apalah gw gak peduli. Tapi yang jelas gw Cuma pingin lo tahu perasaan gw yang sebenarnya.”
“ Aku juga Chayank ma kamu. Aku gak peduli mau jadi orang keberapa pun dalam hidup kamu asalkan aku bisa sama kamu itu udah cukup buat aku."
“ Thanks yach Cha… Lo dah mau terima gw jadi cowok lo. Thanks juga lo dah mau ngertiin gw.” Ucap Rino sambil membelai rambutku.
Walaupun hanya jadi orang kedua dalam hidupnya, aku senang. Bukannya munafik atau gimana tapi yang jelas aku tidak bisa menolak pesona cowok yang satu ini. Cowok lain aku bisa menolaknya tapi dia…aku sama sekali tidak bisa.
                Dua bulan sudah kami menjalin hubungan seperti ini tanpa sepengetahuan orang lain termasuk Ridho. Ingin sekali rasanya menceritakan semuanya pada Ridho tapi aku takut Ridho tidak mengizinkan aku menjalin hubungan dengan Rino lantaran Rino sudah punya  kekasih. Nekad aku menceritakan semuanya. Awalnya aku mengira ia akan marah. Ternyata jauh dari dugaanku. Ridho mendukung keputusanku dan ia hanya menasehatiku agar bisa memiih mana yang terbaik untukku. Hari – hari terus berjalan. Aku mulai merasa iri terhadap Marsya tapi aku bisa apa. Aku hanya yang kedua diantara hubungannya dengan Rino. Saat bandnya Rino tampil, Aku ingin sekali memeluknya usai tampil tapi apa daya ada Marsya yang selalu setia menemaninya baik saat senang maupun duka. Aku jadi semakin iri tapi Ridho selalu menguatkanku.
“ Jangan pernah iri atas kedekatan mereka. Ini jalan yang sudah lo ambil. Lo juga harus menerima konsekuensinya.”
“ Iya sich, Bang. Tapi aku Cuma iri ma Marsya. Dia selalu mendapatkan kaih sayang yang seutuh dari Rino. Aku jadi merasa bersalah.”
“ Kalau lo merasa bersalah, kenapa lo masih mau menjadi penghalang hubungan mereka?” Tanya Ridho.
Aku tidak menjawab. Dalam benakku, aku ingin menakhiri hubungan ini sebelum semuanya terlambat. Suatu hari tepatnya hari dimana kami jadian, aku meminta Rino menemui aku di tempat dimana kami jadian. Rino heran melihat raut wajahku tak seperti biasanya.
“ Lo kenapa,Beib?” Tanya Rino heran. Aku tidak menjawabnya.
“ Lo kenapa sich, Beib?????? Kalau lo ada masalah cerita dong??? Gw jadi bingung nich kalau lo diam aja.”
“ Aku mau kita…..kita putus.”
“ What???? Putus????? Lo gak becandakan, Beib???”
“ Aku gak becanda. Aku serius.”
“ Tapi kenapa?”
“ Aku gak ingin nyakitin hati Marsya. Dia terlalu baik tuk disakitin.Aku sadar manjadi orang ketiga dalam hubungan orang sangat tidak mengenakan.”
“ Tapikan kita udah sepakat?”
“ Memang. Itu terjadi sebelum aku tahu kalau betapa baiknya seorang Masya bahkan belum tentu aku bisa seperti dia. Mulai sekarang lepasin aku. Anggap aja kita gak pernah ketemu. Please,,,aku mohon demi kebaikan kita brsama.”
“ Tapi gw chayank ma lo. Gw cinta….”
Aku pergi begitu saja meninggalkan Rino sendiri yang masih mematung. Berat rasanya melalukan hal ini, tapi demi kebaikan semua pihak aku rela.
***
Sejak hari itu, aku belum pernah bertemu Rino lagi. Apalagi ayahku di pindah tugaskan ke Bali. Otomatis semua keluarga harus ikut termasuk aku. Terakhir aku dengar kabar kalau dia dan Masya udah putus. Marsya ketahuan selingkuh dengan sahabat karibnya. Yang pasti orang itu bukan Ridho. Kasihan juga dengar kabar itu. Tapi itu bukan urusanku lagi. Sekarang aku udah punya pacar yang super baik, perhatian,dan lumayan cakep walaupun tak secakp Rino. Yang pasti dia selalu ada saat aku butuh dan dia sangat menghormati aku dan kedua orang tuaku. Awalnya, aku hanya menjadikan dia pelarian tapi akhir – akhir ini aku mulai chayank sama dia. Aku tak ingin kehilangan dia. Mungkin itu yang namanya cinta yang timbul dari kebersamaan. Sudah hampir setahun kami pacaran. Selama itu hampir tidak pernah terjadi masalah dalam hubungan kami. Sampai suatu hari, aku bertemu lagi dengan Rino. Hubunganku samaWilly mulai renggang. Itu semua bukan sepenuhnya salah dia. Aku yang tidak bisa mengontrol emosi. Sejak bertemu lagi dengan Rino, aku sering tidak on time bahkan aku sering membatalkan janji sesuka hatiku. Awalnya alasanku bisa diterima tapi lama- lama Willy mulai curiga juga. Mama juga mulai bingung dengan sikapku.
“ Cha, kemana kamu kemarin aku nungguin.” Tanya  Willy halus.
“ Aku lagi ngerjain tugas terus kecapaian jadi ketiduran dech.” Jawabku dengan ketus.
Sebenarnya aku jalan sama Rino. Katanya, dia ingin melihat pemandangan kota Bali dan dia meminta aku menemaninya. Sedih sich harus membohongi  orang sebaik Willy tapi aku juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Kapan lagi aku bisa sedekat ini sama Rino di kota yang seindah ini pula.
“ Kamu kenapa sich akhir –akhir ini jadi beda. Biasanya kalau kamu punya tugas atau masalah kamu sering cerita ma aku.”
“ Gak semuanya harus di certain kan???? Lo belum jadi suami gw… So,, jangan sok jadi yang paling penting dech.”
“ Kamu koq sekarang jadi berubah banget. Gak seperti Chaca yang aku kenal selama ini. Aku sadar aku bukan suami kamu tapi semua yang aku lakukan karena aku care ma kamu. Tapi maaf kalau aku terlalu over protektif. Sekarang lebih baik aku antar kamu pulang.”
“ Gak usah aku bisa pulang sendiri.”
Willy hanya menggeleng kepala melihat kepergianku.
Ya Allah tabahkan hati hambamu ini.”Ucap Willy dalam hati.
Hari kian berlalu. Aku tidak berusaha memperbaiki kesalahanku. Yang ada tiap ketemu kami sering rebut. Willy selalu mengalah buat aku dan demi hubungan kami. Aku malah asyikan jalan sama orang lain.Suatu hari aku sedang jalan ma Rino. Kami ke pantai kuta. Rino hampir menciumku dan tanpa sadar Willy melihatku. Aku melihat sekilas bayangan Willy.Aku berlari mengejarnya dan Rino pun berlari mengejarku.
“ Willy,,,,, tunggu.” Teriakku. Willy terus jalan tanpa menghiraukan aku. Aku menarik tangannya.
“ Will,,,,,,, gak usah kayak anak kecil kenapa sich…?????”
Willy berbalik ke arahku dengan wajah yang sangat marah bahkan belum pernah aku lihat sebelumnya.
“ Aku kayak anak kecil…????? Terus kamu apa?????????? Aku chayank banget sama kamu tapi apa???????? kamu khianatin aku..”
“ Itu gak seperti yang kamu lihat….”
“ Gak seperti yang aku lihat gimana?????? Jelas – jelas kamu mau di cium cowok lain. Apa aku harus diam aja????? ”
“ Jadi kamu juga mau di cium..????????? Ayo…”
“ Bukan itu yang aku mau… Aku Cuma ingin kamu jujur. Satu hal yang harus kamu tahu. Aku chayank sama kamu tulus… Gak butuh kamu cium atau apalah,,, itu karena aku sangat menghargai kamu. Aku hanya ingin kita saling terbuka Cuma itu…”
Kami sama- sama diam. Tapi entah kenapa kata – katanya membuat aku sadar betapa bodohnya aku selama ini. Aku hanya bisa meneteskan air mata. Dalam keheningan Willy mengucapkan beberapa patah kalimat yang membuat aku bener – bener merasa kehilangan bagai ayam yang kehilangan induknya.

“ Kayaknya,, sekarang lebih baik kita jalan sendiri- sendiri dulu. Aku gak ingin menjadi orang yang merusak hubungan kamu dan cowok tadi. Aku tahu sebelum aku, dia pernah lebih dahulu memiliki hatimu. Aku juga bukan pria sempurna yang bisa selalu kau sanjung depan teman – teman kamu. Sekarang aku ikhlas melepaskanmu dengan orang lain. Aku minta maaf kalau selama dengan aku kamu selalu merasa tidak nyaman. Tapi itulah aku dengan semua keterbatasanku. Sekali lagi aku mohon maaf.  Sekarang aku pergi.”
                Willy telah pergi meninggalkanku mungkin tuk selamanya. Aku akui itu semua memang kebodohanku. Aku telah khilaf. Aku telah menyakiti  orang  yang paling baik dan paling mengerti aku pergi meninggalkanku. Sedih banget rasanya. Aku belum pernah sesedih ini. Rasanya hidupku gak ada gunanya tanpa Willy. Kenapa penyasalan harus datang belakangan??????? Tuhan apakah aku tidak pntas bahagia????? Hari – hariku terasa sangat membosankan tapi aku telah bertekad. Aku akan menyelesaikan pendidikanku dan jika tuhan mengizinkan aku bertemu lagi dengannya, aku pasti bertemu. Benar saja setelah hampir lima tahun,, kami bertemu lagi. Ternyata orang tuaku telah merencanakan pertemuan kami. Tepat di acara wisudaku,, Willy datang dan dia terlihat sangat beda dari pertama kali kami bertemu. Dia sekarang lebih terlihat berwibawa dan pakaiannya seperti seorang direktur.
“ Hy Cha… Selamat yach..  Akhirnya kamu lulus juga.”Ucapnya sambil menjabat tanganku.
“ Thanks yach..”
Aku tak bicara apa- apa lagi. Kami hanya diam tapi aku masih merasakan tatapan matanya sama seperti dulu saat aku masih menjadi kekasihnya.
“ Kamu sekarang terlihat beda.” Ucapku memecahkan kesunyian.
“ Beda gimana?????”
“ Iya beda. Cara bicara kamu, cara berpakaian kamu, semuanya..”
“ Oh itu,, Kamu ingat waktu terakhir kita ketemu????”
Aku hanya mengangguk. Aku tidak akan pernah lupa hari itu karena dihari  itu Willy memutuskan untuk meninggalkan aku.
“ Sebenarnya hari itu aku ingin kasih tahu kamu kalau aku dapat beasiswa s-2 ke Prancis  selama 2tahun.”
“ Tapi kenapa setelah lima tahun kamu baru balik?”
“ Setelah lulus,, aku dikontrak sama perusahaan yang memberi aku beasiswa untuk menjadi salah satu manager di salah satu perusahaannya dan dia mengadopsiku menjadi putranya karena bapak itu tidak menpunyai keturunan.”
“ Terus kenapa kamu balik ke sini?” Tanyaku penasaran.
“ Orang tua angkatku ingin aku mengelolah salah satu perusahannya di Indonesia.”
“ Hanya itu???” Tanyaku lagi. Berharap dia mengatakan sesuatu.
“ Maksudnya????”
“ Eh,,,,gak papa..”
Aku malu banget saat itu sekaligus kecewa. Padahal aku sangat berharap kalau dia mengatakan sesuatu yang aku harapkan tapi…….
“ Kamu tahu kenapa aku mau balik ke Indonesia???”Aku menggeleng.
“ Aku ingin bertemu seseorang  yang telah membuat aku seperti ini.Orang yang telah menyadarkan aku kalau hidup yang sebenarnya tidak selalu lurus pasti ada lika-likunya.”
Hatiku semakin hancur mendengar kata- kata itu karena dalam bayanganku orang itu tidak mungkin aku. Rasanya lebih baik aku benar – benar berhenti berharap untuk dapat merebut hatinya lagi. Tiba- tiba Willy berlutut di hadapanku dan membuka kotak berisi sebuah cincin.
“ Cha,,,, jadilah mendampingku dalam suka maupun duka,”
Aku tidak dapat berkata apa – apa lagi. Aku terharu banget mendengar perkataannya. Tanpa sadar air mataku menetes dengan sendirinya. Aku langsung  memeluknya. Betapa bahagianya hatiku saat itu. Itulah  awal yang baru dalam hidupku sekaligus kado terindah dalam perjalanan hidupku.




Minggu, Februari 20, 2011

MY PRINCESS IDOL


Senja telah menyingsing. Bulan dengan malu- malu menampakan wajahnya di balik  pepohonan. Aku masih sibuk sendiri dengan hal- hal yang gak penting. Mama terus memanggilku. Aku hanya menjawab dari balik pintu tanpa menampakan wajahku.
“Kamu ngapain aja sich….” Suara mama mengagetkanku….
“Agh mama…kalau aku jantungan gimana…??” Gerutuku.
“Tuh teman kamu datang…..”
“siapa Ma….????” Tanyaku.
“Mama lupa nanya namanya…..”
“Ach mama……”
“Yang pasti dia ganteng….Sana temui dia…” Lanjut mama.
            Ternyata Andre. Andre itu teman sekelasku. Andre tidak hanya tampan tapi juga jago basket. Tidak heran setiap di lapangan semua cewek menyoraki namanya. Sebagai kapten team basket, dia patut diacungi jempol. Aku sendiri sering minder kalau diajak jalan sama dia. Tapi entah kenapa dia tidak pernah gubris sama cewek lain selain aku. Bukan mau menyombongkan diri tapi itu kenyataannya. Tak jarang cewek- cewekdi sekolah sering memperlakukan aku dengan kasar. Tapi dia selalu membelaku.Mungkin dia menyadari kalau aku digituin karena dia juga.
“Andre….. Kamu tahu dari mana rumah aku…????”
“Gak penting.. Mank gw gak boleh maen ke rumah lo? Nyokap lo aja gak marah koq…”
“Tapi…..”
Belum jga aku melanjutkan kata- kataku, mama tiba-tiba datang memotong pembicaraanku.
“Kamu gimana sich Ndo’…masa teman mau maen aja dilarang..?”
“Tuch tante aja ngizinin gw kesini..”
“Puas…” Jawab ku ketus.
“Cup cup cup.. Jangan ngambek gitu dong…”
Sikap Andre yang seperti itu sering buat aku salah tingkah. Aku selalu nyaman berada dekat dia. Tapi aku bukan tipe cewek seperti apa yang dia inginkan bahkan jauh. Bisa jadi sahabatnya aja aku sudah gak menyangka apalagi kalau jadi ceweknya.
“Koq lo bengong..???”
“Ah……Aku ke dapur dulu..”
Sebenarnya aku gak dia lihat pipiku yang memerah gara-gara salting.
“Aduh koq bisa gini sich…? Tuhan jangan sampe dech…”
Aku gak berani keluar sampai dia pulang. Untuk pertama kalinya aku meninggalkan tamu sendiri dan mungkin akan seterusnya kalau tamunya dia. Aku sengaja beralasan tiba-tiba gak enak badan agar dia cepat pulang. Setidaknya untuk beberapa jam dia tidak akan melihat aku dengan keadaanku yang seperti ini.
*****
            Di sekolah aku sengaja meghindar. Biasanya aku selalui melintasi lapangan basket tapi kali ini tidak. Aku sengaja melewati perpustakaan dengan dalih mau mengembalikan buku pinjaman. Jika aku melalui lapangan basket mungkin aku akan tiba di kelas dua kali lebih cepat. Tapi gak papalah, itung-itung perjuangan agar gak ketemu dia untuk beberapa saat pikirku dalam hati. Dalam hati aku sudah senang tapi tiba-tiba sesuatu terjadi padaku hingga aku tak sadarkan diri. Ketika sadar aku sudah berada di UKS sekolah dan ditemani Rina sahabatku. Terakhir yang aku ingat, aku baru mau masuk kelas dan seterusnya gak lagi.
“Aku kenapa, Rin? Koq aku di UKS.” Tanyaku heran.
“Tadi kamu pingsan.”
“Koq bisa…?”
“Aku juga kurang tahu. Tadi yang bawa kamu kesini Andre. Nanti coba kamu Tanya dia soalnya aku Cuma disuruh Andre buat jagain kamu.”
Aku masih bingung dan sedikit pusing. Tapi aku tetap memutuskan buat masuk kelas karena hari ini kami ada ulangan matematika. Selama pelajaran berlangsung aku tidak berani melirik ke Andre. Aku malu banget sama dia. Bel pulang berbunyi, aku langsung buru -  buru pulang bersama Rina. Itu yang selalu aku lakukan beberapa hari ini untuk menghidari Andre. Setiap Andre mendekatiku, aku selalu beralasan tuk manghidar. Sampai suatu hari,mungkin Andre benar – benar jera dengan sikapku. Andre seperti menjauh. Mungkin itu juga kesalahanku. Sampai sekarang aku juga tidak tahu apa yang menyebabkan aku tiba-tiba pingsan beberapa waktu lalu. Hari terus berlalu begitu juga hubunganku dan Andre makin renggang.
                        Tepat suatu hari di kelasku kedatangan siswa baru pindahan dari Boston menggatikan tempatku di hati Andre. Semakin hari mereka semakin akrab dan aku seperti biasa mencari kesibukan sendiri untuk menutupi kegundahan hati. Ketika hendak ke kantin, aku tiba –tiba tak sadarkan diri lagi. Tapi kali ini lebih parah. Aku langsung dilarikan ke rumah sakit. Menurut mama, aku tidak sadarkan diri selama delapan jam dan itusangat membuatku syok. Berulang kali aku Tanya pada mama apa yang menyebabkan aku sering pingsan, mama selalu menjawab kalau aku hanya kelelahan. Jawaban yang sangat tidak memuaskan bagiku. Aku juga harus dirawat inap di rumah sakit untuk beberapa hari. Sudah tiga hari ini teman – temanku datang menjenguk termasuk Andre. Dia justru banyak menghabiskan waktunya untuk menjagaku. Aku sering merasa tidak enak sama Vicka.
“Kamu belum balek Ndre..?”
“Ntar lo ma siapa…?”
“Aku kan bisa sendiri……”
Kami sama- sama bisu. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir kami hanya suara detak jarum jam.
“ A..a.ku Cuma gak enak ma Vicka.” Bisikku memecahkan kesunyian.
“Kenapa harus gak enak ma dia…? Yang jagain lo kan gw bukan dia..” Jawab Andre agak sedikit marah.
“Tapi….”
“Udah istirahat gihh…lo kan belum terlalu sembuh bener.”
Aku hanya menurut dari pada nanti ribut lagi. Aku suka suasana seperti ini. Suasana dimana hanya ada kami berdua tanpa pengganggu. Rasanya nyaman banget. Jika waktu bisa berhanti, aku ingin selalu seperti ini. Saat aku terjaga, aku mendengar beberapa orang sedang berbicara. Aku kenal banget suara itu. Ya! suara mama. Betapa terkejutnya aku mendengar berita itu.. Ternyata aku mengidap Leukimia (kanker darah) stadium tiga. Aku bener- bener tidak menyangka semua ini bisa terjadi pada aku. Setahuku keluargaku tidak ada yang mengidap penyakit itu. Aku merasa waktu berjalan lebih cepat membuat waktuku lebih singkat untuk hidup. Aku terus menangisi nasibku.
“Kamu kenapa nangis Ndo?” Tanya mama heran.
“Kenapa mama harus merahasiakan semua dari aku…kenapa Ma?”
“Merahasiakan apa Ndo?” Tanya mama lagi.
“Merahasiakan kalau aku hampir mati Ma..”
“Siapa yang bilang Ndo..?”
“Aku denger semua pembicaraan mama sama dokter.”
Mama hanya diam melihat aku nangis. Aku gak menyangka mama bisa membohongi aku untuk masalah sebesar ini. Hari - hariku semakin suram. Aku mulai menutupi diri dari orang- orang di sekitarku. Di sekolah, aku lebih pemdiam sekarang dan sangat jarang keluar kelas. Melihat aku seperti itu Andre jadi bingung.
“Lo kenapa sich akhir - akhir ini aneh banget. Kayak bukan Linda yang gw kenal tw gak.”
Aku hanya diam tak bicara apapun. Andre jadi semakin bingung.
“Lin ngomong sesuatu dong. Jangan bikin gw panik gini dong..”
Dengan berat hati aku mengucapkan beberapa baris kalimat yang buat aku sendiri tidak menyangka.
“Ndre kayaknya kita tidak bisa berteman lagi. Please jangan Tanya kenapa karena aku sendiri tidak tahu bagaimana untuk menjelaskannya.”Aku langsung pergi meninggalkan dia.
“Lin…lo tahu gw suka ma lo. Itu alasan kenapa gw gak pernah dekat sama cewek mana pun selain lo.”
Aku senang mendengar kata-kata itu tapi aku tidak igin dia semakin terluka saat dia tahu penyakitku.
“Lin…..Linda………..”Andre terus menereakkan namaku.
Aku sedih kenapa aku harus tahu kalau Andre cinta sama aku disaat keadaanku sudah tak  memungkinkan lagi. Aku benci keadaanku sekarang. Aku tidak bisa tidur gara - gara memikirkan kejadian tadi hingga kondisiku drop lagi. Kali ini aku harus lebih lama lagi di rumah sakit.
“Lin,, lo kenapa sich gak bilang kalau lo sakit?”
“Aku gak mau semua orang kasihan sama aku hanya gara - gara aku sakit.”
“Mank lo sakit  apa hingga semua orang akan kasihan?”
“Kamu gak perlu tahu.”
“Tapi gw chayank ma lo..Gw cinta.”
“Kamu gak akan cinta lagi setelah kamu tahu penyakit aku.”
“Lo kira gw akan tinggalin lo kalau lo sakit gak mungkin..Gw akan selalu ada di samping lo bahkan gw rela ngasih semuanya buat lo termasuk nyawa gw  sekalipun asal lo sembuh.”
“Cukup Ndre.Aku udah gak mau dengar lagi. Lebih baik kamu pulang.Keluar……Tinggalin aku sendiri..please Ndre.”
Dadaku terasa sesak ingin rasanya aku menangis namun aku tetap menahannya. Aku tak ingin Andre mengetahui penyakit dan persaanku yang sesungguhnya karena aku takut itu akan membuat dia semakin terluka jika suatu saat aku harus meninggalkan dia. Aku tidak betah bila harus di atas tempat tidur terus hingga aku putuskan untuk turun dari tempat tidur tanpa sepengetahuan dokter. Akibatnya kepalaku pusing dan akhirnya tak sadarkan diri lagi. Aku di rawat di ruang ICU selama tiga hari karena kondisiku yang makin melemah dan Andre pun akhirnya tahu penyakit yang ku derita. Sejak ia tahu tentang penyakitku, dia jadi lebih perhatian bahkan dia habiskan waktunya hanya untuk maenjagaku di rumah sakit. Aku sedih karena hidupku sekarang bergantung pada orang lain dan obat-obatan. Suatu malam aku bicara sama mama tentang keinginanku selama ini dan aku ingin pulang ke rumah. Aku rindu kamarku beserta isinya. Aku diperbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat aku tidak boleh kecapean dan stress. Aku sedikit lega, setidaknya aku bisa merasakan udara luar. Aku rindu semua yang pernah ku lakukan bersama keluargaku dan semua teman-teman. Jika Tuhan mau ambil nyawaku, aku siap. Tapi, aku tidak siap bertemu Andre apalagi setelah dia tahu penyakitku. Selama hidup semuanya telah aku dapatkan. Aku bisa pergi dengan tenang.
Pagi ini awan mendung  menyelimuti keluarga besarku. Anak perempuan semata wayang dari keluargaku telah pergi untuk selamanya. Semua sahabatku nampak sedih terutama Andre.
“Lin, gw gak nyangka lo bakal ninggalin gw secepat ini.”
“Nak Andre, ini ada titipan dari Linda sebelum meningal.” Mama menyerahkan sepucuk surat yang aku tulis sebelum aku menghembuskan nafas terakhir. Andre pu membuka dan membacanya.

Dear Andre,
Saat kamubaca surat ini, mungkin aku udah gak sama - sama kamu lagi. Terima kasih buat semua waktu yang udah kamu luangkan bersamaku selama hidupku. Aku bahagia bisa memiliki sahabat seperti kamu. Jujur saat bersama kamu,, aku nyaman banget bahkan aku ngerasa hidupku damai. Membenci kamu bukanlah hal yang aku inginkan karena jauh dalam lubuk hatiku, aku sangat mencintai kamu. Bagiku, kamu adalah anugerah terindah yang udah Tuhan kasih buat aku walaupun pada akhirnya kita tak bisa bersama. Aku senang sebelum ajal menjemput, aku tahu bahwa cintaku tak bertepuk sebelah tangan. 
Ndre aku mohon jangan pernah membenci aku karena melihatmu marah aku sudah tak sanggup. Maaf  baru sekarang kamu tahu perasaanku. Aku hanya ingin satu dari kamu. Lanjutkan hidupmu dan jadilah kebanggaan sekolah kita dengan bawa pulang piala itu untukku. Mungkin hanya ini yang bisa aku berikan untukmu.
Salam sayangku selalu
Sahabatmu (Linda)
“Gw janji ma lo.. Gw akan bawa piala itu untuk lo sebagai bukti kalau gw cinta ma lo. Hanya buat lo.” Janji Andre di depan makamku.
Sejak aku meninggal Andre lebih giat latihan bahkan dia terlihat lebih ramah sama cewek. Bagi Andre hidupnya sekarang hanya untuk orang lain karena besarnya rasa cintanya pada seorang Linda Pramudia.

By: Rosse Jrs

Diese Kurzgeschichte schrieb ich für einen besonderen Menschen